Sandhangan adalah salah satu elemen penting dalam aksara Jawa yang berfungsi sebagai tanda baca atau tanda pelengkap untuk huruf-huruf dasar (aksara) dalam penulisan bahasa Jawa. Sandhangan ini digunakan untuk mengubah atau menambahkan bunyi pada aksara dasar, baik dengan menambahkan vokal, menggandakan konsonan, atau menghilangkan vokal pada suatu aksara. Dengan kata lain, sandhangan membantu dalam memberikan variasi bunyi dan makna dalam teks yang ditulis menggunakan aksara Jawa.
Berikut adalah beberapa jenis sandhangan dalam aksara Jawa beserta fungsinya:
1. Sandhangan Swara (Tanda Vokal)
Sandhangan swara adalah tanda yang digunakan untuk mengubah bunyi vokal pada aksara dasar.
- ꦶ (Wulu): Menambahkan vokal /i/ pada aksara. Contoh: ꦲ menjadi ꦲꦶ (ha menjadi hi).
- ꦸ (Suku): Menambahkan vokal /u/ pada aksara. Contoh: ꦲ menjadi ꦲꦸ (ha menjadi hu).
- ꦺ (Taling): Menambahkan vokal /e/ pada aksara. Contoh: ꦲ menjadi ꦲꦺ (ha menjadi he).
- ꦺꦴ (Taling Tarung): Menambahkan vokal /o/ pada aksara. Contoh: ꦲ menjadi ꦲꦺꦴ (ha menjadi ho).
- ꦷ (Wulu Melik): Menambahkan vokal /i/ panjang (seperti dalam bahasa Sunda) pada aksara.
- ꦹ (Suku Mendut): Menambahkan vokal /u/ panjang pada aksara.
2. Sandhangan Panyigeg (Tanda Pengikat)
Sandhangan panyigeg digunakan untuk menghilangkan atau menggandakan bunyi vokal atau konsonan pada aksara.
- ꧀ (Pangangge Pasangan atau Layar): Digunakan untuk menghilangkan vokal pada aksara dasar dan menggandakan konsonan. Contoh: ꦢ꧀ꦢ (d menjadi dd).
- ꦼ (Pepet): Mengubah bunyi vokal menjadi /ə/ (bunyi seperti “e” dalam “pergi”). Contoh: ꦲ menjadi ꦲꦼ (ha menjadi hə).
3. Sandhangan Cechakan (Tanda Khusus)
Sandhangan cechakan digunakan untuk memberikan modifikasi tertentu pada aksara.
- ꦃ (Cecak): Menambahkan bunyi konsonan /h/ pada akhir kata. Contoh: ꦲꦤꦶꦃ (anih).
- ꦂ (Cakra): Menambahkan bunyi konsonan /r/ pada akhir kata. Contoh: ꦲꦤꦶꦂ (anir).
- ꦁ (Cecak): Menambahkan bunyi konsonan /ng/ pada akhir kata. Contoh: ꦲꦤꦶꦁ (aning).
4. Sandhangan Pengkal
- ꦁ (Pengkal): Pengkal digunakan untuk menandai bahwa konsonan “ng” pada awal suku kata diikuti oleh konsonan lain tanpa vokal di antaranya. Contoh: ꦒꦁꦒꦁ (nggeng).
5. Sandhangan Tengenan
- ꦿ (Panyigeg Ra): Digunakan untuk mengubah aksara dasar menjadi bunyi konsonan rangkap “r”. Contoh: ꦤꦿ (n menjadi nr).
Fungsi dan Penggunaan Sandhangan
Sandhangan dalam aksara Jawa sangat penting karena tanpa sandhangan, aksara Jawa hanya akan terdiri dari huruf dasar tanpa variasi bunyi yang dibutuhkan dalam penulisan. Dengan sandhangan, penulisan aksara Jawa menjadi lebih fleksibel dan dapat mencakup berbagai macam bunyi, sehingga memungkinkan teks yang lebih kaya dan beragam. Ini juga memungkinkan aksara Jawa untuk digunakan dalam penulisan yang lebih kompleks, seperti dalam sastra dan dokumen resmi.
Contoh Penggunaan
Contoh penulisan dengan sandhangan adalah kata “ꦥꦺꦴꦩꦺꦴꦲꦶ” (pomohi), yang mengandung sandhangan “taling tarung” (ꦺꦴ) dan “wulu” (ꦶ) untuk menambahkan vokal yang sesuai pada aksara dasar.